mata andin (2)

sumber:kumpulan cerpen "wajah terakhir".mona sylviana

sebelumnya mata andin (1)

"kemarin ateb ke sini."
"Dia bilang apa?"
"Enggak jelas.Tapi apa lagi yang orang itu bilang.Biasalah..."
"Kok enggak jelas?"
"Andin yang buka pintu."
"terus?"
"terus dia bilang,kalau sampai akhir bulan ini,artinya lima belas hari lagi,kita masih belum bayar,dia mau ambil tivi dan sofa depan."
"ya sudah,kasih aja tivi sama dia."
"ya sudah,ya sudah,enak aja kasih kedia.Orang kayak ateb itu mana bisa jujur kasih harga.bisa- bisa tivi diambil,eh hutang masih di tagih. lebih baik pasang iklan biar kita yang kasih harga.Lagian dari pada di kasih ateb,mending saya makan aja sekalian tuh tivi..."
"mulut asal mangap!Terus maumu apa?"
"kok tanya saya?bapak yang maunya apa?saya kira udah mikir,kan situ yang pergi-pergi terus.saya kira di jalan ketemu..."
"ketemu?ketemu apa?"
"ya apa kek..Ketemu teman-teman yang dulu pernah bapak tolong.atau paling ngak nemu dompet jatuh.."
"sembarangan!"
"biar aja ngomong sembarangan dari pada gila."
"bisanya ngurus orang tapi keluarga sendiri terlantar."
"bu!"
"kalau sudah kaya seperti sultan brunei baru nolong orang.ini sih belum apa apa,jadi sinterklas.mereka itu apa sekarang ingat kita?ingat keluarga kita di belit hutang sana-sini.kalau lagi senang mereka mau datang.senyum-senyum.kalau sedang begini.."



"itu lagi..."

terdengar gelas pecah.bapak pergi tanpa mengganti baju.tanpa memakai sepatu.

ibu membersihkan keping-keping beling yang berserakan di lantai.ia menyuruh andin membuangnya ke tempat sampah.sebelumnya,ibu memasukkan pecahan beling itu ke dalam tas plastik.mungkin supaya tetangga tidak tahu kalau mereka habis bertengkar.tidak banyak gunanya.bodoh malah.rumah mereka berimpitan kiri,kanan,dan belakang.mana bisa sembunyi?sekalipun tadi mereka berdua berusaha menurunkan suara.

tapi andin tak pernah mengatakan itu pada ibu.

ibu menangis.

beberapa hari setelah itu,pintu depan sering di lewati orang.orang yang andin tidak dikenal.mereka masuk.menyalakan yivi.memencet tombol-tombol.tawar-menawar dengan ibu.mereka keluar lagi dengan dagu terangkat.lalu ada yang datang lagi.tivi kembali menyala.tombol-tombol di pencet lagi.tawar-menawar.keluar,tapi kali ini tivi di bawa.besoknya kalung dan giwang yang biasa di simpan ibu di lemari yang di bawa pergi.besoknya satu set piring.besoknya dua lusin gelas.besoknya lampu duduk.lantas meja makan,sofa.tempat tidur.

orang berseliweran datang dan pergi.kecuali bapak.bapak sepertinya tidak akan menggunakan pintu itu lagi.dia sudah keluar.benar-benar keluar.andin dapat merasakannya waktu terakhir kali bapak mencium dahi.lama sekali.

"andin sedang apa?"
"aduh...awang."
"kaget ya?"
"iyalah."
"sedang apa,din?"
"mau kemana,wang?"
"ke warung.kamu sedang apa?"
"mau anter telor asin,ya?"
"kok tahu?hehehhe,iya ya,masak bawa telor begini mau dibuang?sedang apa?"
"sama kaya kemarin.duduk di bawah pohon.apa kelihatannya aku sedang enggak duduk dibawah pohon?"
"iya."
"terus kenapa nanya?basa-basi ya?"

laki-laki seusia andin itu melengos.mukanya merah.andin mendengus.terlihat marah.

bersambung yah..
sebelumnya"Mata Andin(1)"
berikutnya "Mata Andin (3)"   


Tidak ada komentar:

Posting Komentar